Cerpen Komedi: Sepeda dan Angka 8
Screenshootfromfacebook
Malam senin ini sungguh menjadi malam yang sangat membahagiakan. Karena aku akan posting cerpen komedi. Walaupun Penulis tidak begitu paham apa itu komedi.
Maka dari itu, Penulis mau sekali untuk menceritakan hal yang penting dalam opini kali ini.
Selamat malam Cuy yang berbahagia. Kali ini jumpa lagi dengan Ane yang mau mencoba yang manis dengan artikel magis. Hehehe Gelayyyy...
Baiklah aku hanya ingin bercerita waktu SMP dulu pernah pakai sepeda jadul Jengki namanya. Sepeda tua yang mungkin sekarang sudah tidak diproduksi lagi.
Sepeda itu aku beli seharga 60 ribu rupiah. Pada seorang teman yang sedang membutuhkan uang. Karena kasihan, aku beli tuh sepeda buat dibawa pulang pergi ke sekolah. Pada saat itu aku senang banget, karena teman-temanku pada jalan kaki kalau mau pergi ke sekolah.
Suatu pagi, aku ingin berangkat ke sekolah. Hari sangat cerah dan tidak ada tanda-tanda akan turun hujan. Maka aku dan temanku berangkat ke sekolah barengbareng. Dia rela menyambangi rumahku karena mau mencoba bagaimana rasanya naik sepeda ontel Jengki yang kita pakai berdua. Kukayuh sepeda tua itu. Terdengar bunyi rengekan khas sepeda tua yang sudah usang termakan usia.
Karena jalanan cukup terjal, sesekali kami berhenti untuk sekadar istirahat dan minum air mineral yang sudah menjadi bekal kami ketika berangkat ke sekolah.
Jam menunjukkan pukul 06.00 pagi. Kami tidak berlamalama untuk istirahat karena takut telat masuk kelas. Kumulai mengayuh sepeda tua itu dengan temanku bonceng berdiri di belakang. Kami tidak curiga akan datang hujan lebat pagi itu. Selama mengayuh sepeda jalan semakin menurun dan kami terus saja berjalan tanpa menghiraukan bahaya yang sedang mengintai. Hujan turun dengan derasnya hingga membuat kami panik. Karena takut seragam dan buku sekolah basah, meskipun jalan menurun aku tetap mengayuh sepeda tua itu.
Ketika akan sampai pada jalan uang menurun yang lebih dalam, aku merasa khawatir untuk melanjutkan perjalanan. Namun sebelum aku berhenti mengayuh, rantai sepeda yang aku pakai putus secara tiba-tiba. Aku tak dapat mengendalikannya lagi karena sepeda dengan otomatis berjalan sendiri. Tanpa kukayuhpun sepeda tetap melesat dengan cepat.
Karena khawatir untuk menempuh jalan yang menurun, akhirnya kubanting setir dan kutabrakkan pada pohon siwalan.
Nahas kami terjatuh ke salah satu ladang warga yang tingginya berkisar 3 meter dari bibir jalan.
Temanku hanya tertawa melihat kejadian ini. Dia sampai memejamkan mata saking lucunya kejadian pagi itu. Alhamdulillah kami tidak apa-apa, namun roda depan sepedaku berubah seperti angka 8 karena menabrak pohon siwalan yang cukup besar.
Aku hanya bisa melenguh kesakitan di bagian punggung dan rusuk. Sementara temanku baikbaik saja dan masih dalam keadaan tertawa sambil memejamkan matanya yang sipit.
Itulah kisah manisku ketika mengendarai sepeda Jengki tua dari hasil tabunganku sendiri. 60 ribu dulu itu mungkin seperti 600 ribu sekarang. Karena tidak mudah mengumpulkan uang buat beli sepeda pada jamanku.
Akhir kisah kami ternyata telat masuk kelas dan bapak guru marah sekali. Tanpa bertanyatanya lagi, beliau menghukum kami di halaman sekolah dengan hormat pada bendera merah putih. Aku sangat menyayangkan kejadian itu, dan prihatin terhadap guru yang tidak mau perduli dan bertanya kenapa bisa telat masuk sekolah.
Mungkin itu saja cerita inspiratif yang bisa aku torehkan di sini. Semuga kalian suka postingan sampah ini. Karena kejadiannya sudah lama, maka tidak ada poto dukumentasinya, Harap maklum.
Wassalamualaikum
Sumber:Berdasarkan kisah nyataku
Setiap sesuatu pasti ada akhirnya, maka cerpen ini harus berhenti di sini.
Kunjungi juga:
No comments for "Cerpen Komedi: Sepeda dan Angka 8"
Post a Comment